Riview Jurnal

LANDASAN TEORI

2.1. Pengendalian Kualitas
Pengertian Pengendalian Kualitas (QC) adalah suatu pengendalian kualitas bagi produk dimana produk itu mampu memenuhi kebutuhan atau keinginan para konsumen. Kualitas suatu produki merupakan salah satu kunci bagi kemajuan dan kesuksesan suatu perusahaan. Definisi kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, relatif, berbeda-beda dan berubah-ubah, sehingga definisi dari kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung pada konteksnya terutama jika dilihat dari sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta dari sudut pandang produsen sebagai pihak yang menciptakan kualitas. Konsumen dan produsen itu berbeda dan akan merasakan kualitas secara berbeda pula sesuai dengan standar kualitas yang dimiliki masing-masing. Begitu pula para ahli dalam memberikan definisi dari kualitas juga akan berbeda satu sama lain karena mereka membentuknya dalam dimensi yang berbeda. Oleh karena itu definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif, yaitu dari sisi konsumen dan sisi produsen. Namun pada dasarnya konsep dari kualitas sering dianggap sebagai kesesuaian, keseluruhan ciri-ciri atau karakteristik suatu produk yang diharapkan oleh konsumen.
Kualitas yang baik menurut produsen adalah apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sedangkan kualitas yang jelek adalah apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi standar yang telah ditentukan serta menghasilkan produk rusak. Namun demikian perusahaan dalam menentukan spesifikasi produk juga harus memperhatikan keinginan dari konsumen, sebab tanpa memperhatikan itu produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang lebih memperhatikan kebutuhan konsumen. Kualitas yang baik menurut sudut pandang konsumen adalah jika produk yang dibeli tersebut sesuai dengan dengan keinginan, memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan dan setara dengan pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Apabila kualitas produk tersebut tidak dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, maka mereka akan menganggapnya sebagai produk yang berkualitas jelek.
 Kualitas tidak bisa dipandang sebagai suatu ukuran sempit yaitu kualitas produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut di atas, dimana kualitas tidak hanya kualitas produk saja akan tetapi sangat kompleks karena melibatkan seluruh aspek dalam organisasi serta diluar organisasi. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun dari beberapa definisi kualitas menurut para ahli di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
 Penjaminan Mutu (QA) tujuan terpenting pengendalian mutu ialah memastikan mutu atau kulitas dari suatu produk  disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance). Semula pengendalian mutu hanya terbatas pada mengurangi jumlah produk yang cacat di jalur produksi, tetapi kini pengendalian mutu terpadu yang meliputi semua bidang di hulu dan hilir termasuk perancangan pengembangan dan pemasaran. Pengendalian mutu terpadu ialah suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai divisi disebuah perusahaan sehingga sedemikian rupa memungkinkan produksi mencapai tingkat yang paling ekonomis. Sementara itu, definisi kesalahan atau cacat sama, kecuali berkaitan dengan penggunaan atau kepuasan. Kesalahan atau cacat tepat digunakan apabila evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan. Cacat (defect) adalah semua kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses gagal memenuhi kebutuhan.
Pengertian pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri adalah pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan [3]. Sedangkan menurut Vincent Gasperz, pengendalian kualitas adalah pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi standar kualitas yang diharapkan [4]. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas atau tindakan yang terencana, yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

2.2        Teknik Pengendalian Kualitas Secara Statistik
(Statistical Processing Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga oleh Heizer dan Render dalam bukunya Manajemen Operasi, antara lain yaitu check Sheet, histogram, control chart, diagram pareto, diagam sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses. Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya. Adapun manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk, mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi, mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi, menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan, memisahkan antara opini dan fakta.

Scatter Diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar (scatter diagram) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan.
Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya. Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada panah-panah yang berbentuk tulang ikan. Diagram sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumber-sumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam, material (bahan baku),  machine (mesin), man (tenaga kerja), method (metode), environment (lingkungan).
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil. Diagram alir secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses.
Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal dengan distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk normal atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah.
Peta kendali (Peta Kontrol) adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas atau proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan terlihat pada peta kendali. Manfaat dari peta kendali adalah untuk. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada didalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali. Memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil. Menentukan kemampuan proses (capability process). Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan proses produksi. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan


2.3 Seven New Tools
Seven new tools adalah 7 alat bantu pengendalian kualitas baru setelah seven old tools yang di perkenalkan oleh Mizuno dan Yoji Akao pada akhir 1970-an untuk menjawab era baru kualitas  dengan kebutuhan adanya nilai tambah terhadap kebutuhan pelanggan dan lebih baik mencegah dari pada memperbaiki kesalahan dalam menjawab kebutuhan pelanggan. Tujuh alat bantu tersebut meliputi ;



a)      Relation Diagram
Diagram yang secara grafis bermanfaat dalam menemukan dan mendeskripsikan masalah dengan sebab-akibat. Tujuanya untuk mengidentifikasi dan membatasi factor penyebab masalah.
b)      Affinity Digram
Affinity diagram digunakan untuk mengumpulan fakta, ide-ide dan opini.
c)      Systematic Diagram
Diagram pohon yang berdasarkan pada logika yang berisikan hirarki.
d)     Matrix Diagram
Diagram yamg di desain untuk memfasilitasi proses identifikasi hubungan antara dua atau lebih kelompok factor-faktor.
e)      Matrix Data Analisis
Analisis data kuantitatif dari tingkat hubungan yang terjadi antara berbagai factor.
f)       Process Decision Program Chart (PDPC)
Gunanya untuk membantu mengevaluasi atau memperkirakan alternative maupun proses-proses terbaik.
g)      Arrow Diagram
Diagram yang digunakan untuk membantu merangkai aktivitas dan kejadian.









RIVIEW JURNAL

Jurnal 1
Jurnal pertama membahas tentang analisa pengendalian kualitas dengan menggunakan metode statistical quality control (SQC) dengan cara melakukan studi kasus pada sebuah UD. Mestika Tapaktuan yang berlokasi di Jl. H. M Syarif no. 2 kampung hilir, Tapaktuan, Aceh Selatan. UD Mestika tapaktuan bergerak dalam industry pembuatan sirup pala. Cara untuk mengendalikan dari segi  kualitas produk jadi sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas produk baik itu kerusakan maupun kecacatan dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu seven tools (check sheet, histogram, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali dan stratifikasi) sehingga dapat mengetahui faktor penyebab kerusakan dan pencegahan yang akan dilakukan.
Pengambilan data dengan menggunakan metode statistical quality control (SQC) terdiri dari data primer yakni melakukan proses observasi dan melakukan wawancara, sedangkan data sekundernya berupa data catatan UD itu sendiri yakni data jumlah  produksi perhari dan data jumlah kerusakan produk perhari. Cara untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan alat bantu seven tool, untuk data kerusakan botol dari mulai bulan mei-juli 2012. Seven tool  tersebut dimulai dari  Check Sheet yang digunakan untuk mengetahui frekuensi dari data kerusakan botol sirup pala untuk setiap harinya. Seven tool yang kedua dengan menggunakan histogram yakni menunjukan frekuensi data yang bervariasi kedalam bentuk sebuah diagram mengenai penyimpangan produk yang pecah maupun mengalami keretakan setiap bulanya. Seven tool  yang ketiga yakni Diagram Pareto gunanya untukmembandingkan berbagai penyimpangan yang terjadi kedalam bentuk persentase yaitu jenis kerusakan pada botol pecah sirup pala memiliki persentase sebesar 63,05% dan botol retak sebesar 34,63%, sedangkan faktor sisanya tidak dianggap karena memiliki persentase yang kecil. Seven tool yang ke empat adalah Digram Sebab Akibat, dengan cara mencari unsur-unsur penyebab  timbulnya sebuah masalah, factor penyebab tersebut dapat bersumber dari manusia itu sendiri yang kurang teliti, belum ahli, lalu dari materialnya botol yang digunakan terlalu rapuh, dari metodenya  cara penyusunan produk botol di gudang kurang rapih dan prosesnya yakni proses penetralisasian botol itu sendiri. Pengaplikasiannya digambarkan kedalam diagram tulang ikan (Fish Bone). Seven tool yang ke lima adalah Scatter Diagram yang menunjukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variable, data yang digunakan yaitu pecah dan retak yang menunjukan produk yang pecah pada setiap pengambilan 100 sampel hanya terdapat 4-25 produk yang pecah, sedangkan produk yang retak dari 100 sampel hanya di bawah 20 produk yang retak. Seven tool yang ke enam adalah peta control untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi dengan melakukan pengontrolan kualitas dengan menetapkan batas bawah dan batas atas yang di ketahui bahwa batas control atasnya sebesar 0,26 dan batas control bawahnya sebesar 0,05 dikarenakan persentase kerusakanya kecil masih belum melampaui batas kontrolnya maka belum perlu dilakukan revisi. Berdasarkan  7 alat pengendalian kualitas(seven tools) dapat disimpulkan bahwa penyebab penyimpangan kualitas pada UD. Mestika yaitu kerusakan pada  botol jenis pecah dan retak disebabkan oleh 4 faktor yaitu manusia, material, metode dan proses, untuk mengatasi kendala tersebut maka pencegahanya dapat dilakukan berdasarkan usulan pencegahan.

Jurnal 2
Jurnal dari Hayu Kartika ini membahas tentang analisis pengendalian kualitas produk cpe film dengan metode statistical procces control pada PT. MSI. Tujuanya adalah untuk mengurangi penyimpangan atau kecacatan produk dari PT. MSI yang memproduksi bahan baku pakaian, seperti kain grey dan kain woven serta bahan baku pembalut dan popok bayi yang terdiri dari kain non woven, CPE Film dan tisu.  Statistical Process Control (SPC) merupakan  proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa masih dalam tahap diproduksi. SPC (Statistical Process Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan yaitu; checksheet, histogram, peta kontrol, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram dan diagram proses. 7 alat yang digunakan tidak jauh berbeda dengan 7 alat yang digunakan dalam jurnal 1 diatas. Caranya dengan melakukan pengumpulan data baik sekunder maupun primer  yang berisikan tentang informasi produk  seperti frekuensi kecacatan yang terjadi pada setiap produk, kemudian data tersebut di olah dan bias dilihat di dalam peta control bahwa masih terdapat data yang masih berada di luar UCL (batas control atas) dan LCL (batas control bawah) artinya produk yang mengalami kecacatan tidak terkendali perlu adanya revisi atau perbaikan. Proses penganalisaan terjadinya kecacatan tersebut dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) sehingga akan mengetahui langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan. Pemecahan masalah selanjutnya dengan menggunakan 5W+1H yaitu What, Why, Who, Where, When, dan How cara menanggulanginya. Kesimpulanya PT. MSI terdapat kecacatan yang terjadi pada produknya, yaitu ‘CPE Film berkerut’dengan persentase 39 %, selanjutnya kecacatan karena ‘ketebalan salah’ sebesar 24 %, kecacatan karena ‘kotor’ sebesar 21%,  kecacatan karena ‘ukuran salah’ sebesar 10%, dan kecacatan karena ‘warna luntur’ sebesar 6% untuk bulan Februari dan penyebab lainya seperti kesalahan operator, pengaruh usia mesin yang sudah uzur.
Jurnal 3
Analisis Pengendalian kualitas pada proses perebusan dengan menerapkan QCC (quality control cyrcle) di PT. XYZ oleh Nova Tarihoran, Khawarita Siregar, Aulia Ishak Universitas Sumatera Utara. PT. XYZ menghasilkan CPO dan untuk menghasilkan CPO yang harus terus lebih baik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Diketahui kurang baiknya CPO yang dihasilkan karena pengolahannya yang kurang baik sehingga banyak terbuangnya minyak karena pengolahan yang panjang.
Metode seven tools digunakan dalam masalah yang terjadi dengan langkah pertama yaitu mengumpulkan data dengan check sheet yang berisi data kehilangan minyak sawit pada tandan kosong dan air rebusan, selanjutnya data tersebut akan di tampilkan pada histogram sehingga lebih mudah dalam pembacaan data kehilangan minyak, setelah histogram lalu di tampilkan kembali dalam diagram pareto yang menampilkan persentase jumlah minyak yang hilang yakni 79,15% pada tandan kosong lalu dilanjutkan dengan  Stratification untuk mengelompokan data atau persoalan-persoalan yang terjadi menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti untuk memberi kemudahan dalam pembuatan diagram scatter yang digunakan untuk mengetahui adanya korelasi atau hubungan antara factor hilangnya minyak pada tandan kosong dengan lamanya proses perebusan yang hasilnya memiliki korelasi yang kuat yaitu 0,3536 dan 0,0304 lalu di teruskan dengan pembuatan diagram fishbone untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menyebabkan kehilangan minyak dan di ketahui disebabkan alat yang digunakan dan operator itu sendiri. Proses berikutnya dengan membuat peta kontrol yang menunjukan terdapat data kehilangan minyak yang diluar batas kendali. Data tersebut yaitu hari ke-3 = 2,59, hari ke- = 2,56, hari ke-5 = 2,56, hari ke-7 = 2,55, hari ke-11 = 2,56, hari ke-13 = 2,59, hari ke-14 =2,59, hari ke-21 = 2,59, hari ke-22 = 2,56 dan yang terakhir hari ke ke-23 = 2,56. Maka perlu dilakukan revisisampai tidak terdapat lagi data yang berada diluar batas kendali.
Penerapan Quality Control Circle (QCC) dengan  melakukan pemecahan masalah dengan menerapkan prinsip pengendalian mutu yaitu PDCA-Delapan Langkah; yaitu
Plan = Menentukan pokok masalah dan menentukan penyebab masalah tersebut.
Do = Melaksanakan penanggulangan masalah
Check = Memeriksa hasil penelitian
Action =  melakukan standarisasi untuk mempertahankan hasil yang telah dicapai.
Kesimpulanya adalah tingkat kerugian pada tandan kosong dapat dikurangi atau ditekan hingga
63,70% yang sebelumnya 64,33% yang berarti setelah dilakukan penerapan Quality Control Circle kehilangan pada tandan kosong rata-rata perhari dapat dikurangi sebanyak 0,025%. Jumlah kilogram kehilangan minyak perhari dapat ditekan sebanyak 3,090kg. Standarisasi  dapat dilakukan untuk meminimalisasi kerugian dengan cara mterus melakukan pengawasan pada saat perebusan.



















KESIMPULAN

Jurnal pertama membahas tentang analisa pengendalian kualitas dengan menggunakan metode statistical quality control (SQC) yang di dalamnya terdapat 7 alat pengendalian kualitas (seven tools) untuk mengetahui  penyebab penyimpangan kualitas pada UD. Mestika. Jurnal kedua menggunakan Statistical Process Control (SPC) merupakan  proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa masih dalam tahap diproduksi pada studi kasus di PT MSI dengan seventools juga tetapi kemudian diketahui cara pemecahan penyimpangan atau masalah yang terjadi dengan menggunakan 5W+1H yaitu What, Why, Who, Where, When, dan How, sedangkan jurnal ke tiga menggunakan QCC (quality control cyrcle) di PT. XYZ tetap menggunakan 7 alat bantu seven tools kemudian penerapan prinsip pengendalian mutunya dengan PDCA yiatu Plan, Do , Check dan Action.












DAFTAR PUSTAKA
Rakhma Oktavina. Gunadarma.2015

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS